Zakat (Bahasa Arab: زكاة; transliterasi: Zakah)
adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat
merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam.
Hukum zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah
diatur secara rinci berdasarkan Alquran dan Sunah. Zakat juga merupakan amal
sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia dimana pun
Jenis zakat
Zakat
terbagi atas dua jenis yakni:
- Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. - Zakat maal (harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Yang berhak menerima
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, yakni:- Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
- Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
- Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
- Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
- Hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
- Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya
- Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
- Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
Yang tidak berhak menerima zakat
- Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
- Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
- Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
- Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
- Orang kafir.
Beberapa Faedah Zakat
Faedah Diniyah (segi agama)
- Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
- Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
- Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
- Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW.
Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
- Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat.
- Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
- Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
- Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial
Kemasyarakatan)
- Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
- Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
- Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
- Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah.
- Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.
Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:- Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
- Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
- Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
- Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
- Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
- Untuk pengembangan potensi ummat
- Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
- Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
Zakat dalam Al Qur'an
- QS (2:43) ("Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'".)
- QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.")
- QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).
Lembaga Amil Zakat Nasional
- Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
- Baitul Maal Hidayatullah
- Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (BAMUIS BNI)
- Baitulmaal Muamalat (BMM)
- Baituzzakah Pertamina
- Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat)
- Dompet Dhuafa Republika
- Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT)
- LAZ Yayasan Amanah Takaful
- LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
- LAZIS Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia
- LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI)
- Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU)
- Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal wat Tamwil (LAZNAS BMT)
- Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)
- Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)
- Pusat Zakat Umat (LAZ Persatuan Islam)
- Rumah Zakat Indonesia/ Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ)
- Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)
WAKAF
Wakaf (bahasa Arab: وقف,
[ˈwɑqf]; plural bahasa Arab: أوقاف,
awqāf; bahasa Turki: vakıf, bahasa Urdu: وقف) adalah perbuatan yang dilakukan wakif (pihak
yang melakukan wakaf) untuk menyerahkan sebagian atau keseluruhan harta benda
yang dimilikinya untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat untuk selama-lamanya.
Objek Wakaf
Objek wakaf
yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang
dimiliki secaratidak bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik
atas rumah, atau hak milik atas rumah susun. Sementara untuk objek wakaf benda bergerak dapat
dengan bentuk uang.
Terminologi
wakaf berasal daripada perkataan Arab “waqafa” yang bermaksud berhenti, menegah
dan menahan. Dari segi istilah, wakaf telah diberikan beberapa takrif seperti:
- Syed Sabiq (Fiqh al-Sunnah) –
Wakaf ialah menahan harta dan memberikan manfaatnya pada jalan Allah.
- Sahiban Abu Hanifah; Abu Yusuf
dan Muhammad bin Hassan – Wakaf ialah menahan ‘ain mawquf (benda) sebagai
milik Allah atau pada hukum milik Allah dan mensedekahkan manfaatnya ke
arah kebajikan dari mula hingga akhirnya.
- Dr. Muhammad Al-Ahmad Abu
Al-Nur, bekas Menteri Wakaf Mesir – Wakaf ialah harta atau hartanah yang
ditahan oleh pemiliknya sekira-kira dapat menghalang penggunaannya dengan
dijual atau dibeli ataupun diberikan sebagai pemberian dengan syarat
dibelanjakan faedahnya atau keuntungannya atau hasil mahsulnya kepada
orang yang ditentukan oleh pewakaf.
Takrif-takrif
di atas telah menunjukkan kedudukan wakaf sebagai sebahagian daripada amalan
yang dianjurkan oleh Syariah sebagaimana firman Allah SWT:
“
|
Bandingan (pahala) orang yang membelanjakan harta
mereka pada jalan Allah seperti sebiji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai,
dan pada tiap-tiap tangkai itu pula terdapat seratus biji. Allah
melipatgandakan (pahala) bagi setiap yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas
(Kurniaannya) lagi Maha Mengetahui.
|
”
|
Daripada Abu
Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“
|
Apabila
mati anak Adam, terputus amalannya kecuali tiga perkara; sedekah
jariah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan kepadany.
|
”
|
Istilah
wakaf adalah berkait dengan infaq, zakat dan sedeqah. Ia adalah termasuk dalam
mafhum infaq yang disebut oleh Allah sebanyak 60 kali dalam al-Quran.
Ketiga-tiga perkara ini bermaksud memindahkan sebahagian daripada segolongan
umat Islam kepada mereka yang memerlukan. Namun, berbanding zakat yang
diwajibkan ke atas umat Islam yang memenuhi syarat-syarat
tertentu dan sedeqah yang menjadi sunat yang umum ke atas umat Islam; wakaf
lebih bersifat pelengkap (complement) kepada kedua-dua perkara tersebut.
Disamping itu, apa yang disumbangkan melalui zakat adalah tidak kekal dimana
sumbangannya akan digunakan dalam bentuk hangus, sedangkan harta wakaf adalah
berbentuk produktif iaitu kekal dan boleh dilaburkan dalam pelbagai bentuk
untuk faedah masa hadapan.
Sejarah
Rasulullah
SAW merupakan perintis kepada amalan wakaf berdasarkan hadis yang diriwayatkan
oleh ‘Umar bin Syaibah daripada ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’az yang bermaksud:
“
|
Kami
bertanya tentang wakaf yang terawal dalam Islam? Orang-orang Ansar
mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW
|
”
|
Orang Jahiliyyah tidak mengenali akad wakaf yang merupakan sebahagian daripada akad-akad tabarru’, lalu Rasulullah SAW memperkenalkannya kerana beberapa ciri istimewa yang tidak wujud pada akad-akad sedekah yang lain. Institusi terawal yang diwakafkan oleh Rasulullah SAW ialah Masjid Quba’ yang diasaskan sendiri oleh Baginda SAW apabila tiba di Madinah pada 622M atas dasar ketaqwaan kepada Allah SWT. Ini diikuti pula dengan wakaf Masjid Nabawi enam bulan selepas pembinaan Masjid Quba’. Diriwayatkan bahawa Baginda SAW membeli tanah bagi pembinaan masjid tersebut daripada dua saudara yatim piatu iaitu Sahl dan Suhail dengan harga 100 dirham. Pandangan masyhur menyatakan individu pertama yang mengeluarkan harta untuk diwakafkan adalah Saidina ‘Umar RA dengan mewakafkan 100 bahagian daripada tanah Khaibar kepada umat Islam. Anaknya Abdullah bin ‘Umar RA menyatakan bahawa ayahnya telah mendapat sebidang tanah di Khaibar lalu dia datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta pandangan tentang tanah itu, maka katanya:
“
|
Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah di Khaibar, dimana aku tidak
mendapat harta yang lebih berharga bagiku selain daripadanya, (walhal aku
bercita-cita untuk mendampingkan diri kepada Allah) apakah yang engkau
perintahkan kepadaku dengannya?.
|
”
|
Maka sabda
Rasulullah SAW:
“
|
Jika
engkau hendak, tahanlah (bekukan) tanah itu, dan sedekahkan manfaatnya.”
“Maka ’Umar telah mewakafkan hasil tanahnya itu, sesungguhnya tanah itu tidak
boleh dijual, tidak boleh dihibah (diberi) dan diwarisi kepada sesiapa.”
Katanya lagi: “’Umar telah menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum
kerabat, hamba yang baru merdeka, pejuang-pejuang di jalan Allah, ibn Sabil
dan para tetamu. Tidaklah berdosa sesiapa yang menyelia tanah wakaf itu
memakan sebahagian hasilnya sekadar yang patut, boleh juga ia memberi makan
kawan-kawannya, tetapi tidaklah boleh ia memilikinya.
|
”
|
Sejak itu
amalan wakaf berkembang sehingga menjadi tulang belakang kepada menjadi teras
kepada pembangunan umat Islam terdahulu dan berkekalan sehingga ke hari ini.
Banyak institusi pendidikan seperti Universiti Cordova di Andalus, Al-Azhar
al-Syarif di Mesir, Madrasah Nizamiyyah di Baghdad, al-Qurawiyyin di Fez,
Maghribi, Al-Jamiah al-Islamiyyah di Madinah, Pondok Pesantren Darunnajah di
Indonesia, Madrasah Al-Juneid di Singapura dan banyak institusi pondok dan
sekolah agama di Malaysia adalah berkembang berasaskan harta wakaf. Universiti
Al-Azhar contohnya telah membangun dan terus maju hasil sumbangan harta wakaf.
Sehingga kini pembiayaan Univesiti Al-Azhar yang dibina sejak 1000 tahun lalu
telah memberikan khidmat percuma pengajian kepada ribuam pelajar Islam dari
seluruh dunia. Merekalah yang menjadi duta Al-Azhar untuk membimbing umat Islam
kearah penghayatan Islam di seluruh pelusuk dunia.
Keistimewaan
Harta wakaf
dalam dioperasikan sebagai pemangkin pembangunan ekonomi umat Islam kerana ia
memiliki beberapa ciri berikut:
- Keunikan wakaf pada konsep
pemisahan di antara hak pemilikan dan faedah penggunaannya. Pewakafan
harta menyebabkan kuasa pemilikan hartanya akan terhapus daripada harta
tersebut. Wakaf secara prinsipnya adalah satu kontrak berkekalan dan
pewakaf tidak boleh lagi memiliki harta itu dengan apa jua sekalipun,
kecuali sebagai pengurus harta wakaf. Secara majazinya harta wakaf adalah
menjadi milik Allah Taala.
- Wakaf adalah sedekah berterusan
iaitu bukan sahaja membolehkan pewakaf mendapat pahala berterusan, tetapi
penerima mendapat faedah berterusan. Dengan itu pihak yang bergantung
wakaf boleh mengatur perancangan kewangan institusinya dengan berkesan
untuk jangka panjang. Disamping itu pihak pewakaf tidak perlu bimbang
mungkin berlaku sabotaj seperti pengubahan status wakaf tanahnya oleh
pemerintah kerana kaedah fiqh menyatakan: “Syarat pewakaf adalah seperti
nas Syara’.”
- Penggunaan harta wakaf adalah
untuk kebajikan dan perkara-perkara yang diharuskan oleh Syara’. Oleh
tidak diwajibkan menentukan golongan yang mendapat manfaat daripada wakaf
dan memadai menyebutkan: “Saya wakafkan harta ini kerana Allah.” Ciri ini
membolehkan pengembangan harta wakaf kepada pelbagai bentuk moden
selagimana ia menepati objektif wakaf.
Syarat Wakaf
Syarat wakaf
yang menjadi syarat utama agar dapat sahnya suatu akad wakaf adalah seorang
wakif telah dewasa, berakal sehat, tidak berhalangan membuat perbuatan hukum,
dan pemilik utuh dan sah dari harta benda yang diwakafkan.
Akad wakaf
yang diikrarkan seorang wakif harus disaksikan oleh dua orang saksi dan pejabat
pembuat akta wakaf. Ikrar akad wakaf dilaksanakan dengan ikrar dari wakif untuk
menyerahkan harta benda yang dimiliki secara sah untuk diurus oleh nadzir
(orang yang mengurus harta wakaf) demi kepentingan ibadah dan kesejahteraan
masyarakat.
Haji
Haji (Bahasa Arab: حج; transliterasi: Hajj) adalah rukun
(tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, salat,
zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa
tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim
haji (bulan Zulhijah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah
yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Zulhijah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.
Definisi
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.Latar belakang ibadah haji
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul. Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.Jenis ibadah haji
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah RA berkata: Kami
berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul wada. Di antara
kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk
haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di
Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan
umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.Berikut
adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud
- Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
- Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
- Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i
Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
Makkah Al Mukaromah
Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang
berada di pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi
tempat pembuka dan penutup ibadah ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan
niat dan thawaf
haji.
Arafah
Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji,
yiatu tempat wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Zulhijah tiap tahunnya.
Daerah berbentuk padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta
jamaah haji dari seluruh dunia. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.
Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji
melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan
ibadah jumrah di Mina.
Mina
Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan
batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir
setan. Dimasing-maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk
pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini
jamaah juga diwajibkan untuk menginap satu malam.
Madinah
Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi
Muhammad SAW dimakamkan di Masjid
Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual ibadah haji,
namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke
kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km
melalui transportasi darat) utara Makkah ini untuk berziarah dan melaksanakan
salat di masjidnya Nabi. Lihat foto-foto
keadaan dan kegiatan dalam masjid ini.
Jabal Nur dan Gua
Hira
Jabal Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram. Di
puncaknya terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua inilah
Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5.
Jabal Tsur
Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram.
Untuk mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5 jam. Di
gunung inilah Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar
As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah.
Jabal Rahmah
Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam as dan Hawa setelah keduanya terpisah saat turun dari surga. Peristiwa
pentingnya adalah tempat turunnya wahyu yang terakhir pada Nabi Muhammad saw,
yaitu surat Al-Maidah ayat 3.
Jabal Uhud
Letaknya kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit
inilah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin
Mekah. Dalam pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah
bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Kecintaan Rasulullah saw pada para
syuhada Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk
itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.
Makam Baqi'
Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah sampai
sekarang. Jamaah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi', letaknya
di sebelah timur dari Masjid Nabawi. Di sinilah makam Utsman
bin Affan ra, para istri Nabi, putra dan putrinya, dan para sahabat
dimakamkan. Ada banyak perbedaan makam seperti di tanah suci ini dengan makam
yang ada di Indonesia, terutama dalam hal peletakan batu nisan.
Masjid Qiblatain
Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan salat dengan menghadap
kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina.
Pada tahun ke-2 H bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad saw melakukan salat Zuhur
di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang
memerintahkan agar kiblat salat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah.
Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama
Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.
- Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
- 8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
- 9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
- 10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
- 11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
- 12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
- Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).